Kamis, 15 November 2012

DOMINASI VOC DI INDONESIA


PERLAWANAN TERHADAP DOMINASI VOC

BAB I

PENDAHULUAN

 

1.1  Latar Belakang

Di Indonesia kaum penjajahan masuk pertama kali dalam wujud persekutuan dagang yang di bentuk tahun 1602 yang di sebut dengan VOC ( Vereenigde Oose Indische Compagnie ). VOC oleh belanda di beri hak eksklusif untuk berdagang, berlayar dan memegang kekuasaan di Negara jajahan. VOC datang ke Indonesia untuk melakukan pembelian rempah- rempah dengan mengatakan kontrak jual beli dengan penguasa peribumi, namun dalam perkembangan selanjutnya VOC bertujuan menguasai perdagangan di Indonesia dengan menyingkirkan pedagang – pedagang Asing lainnnya serta memaksa penguasa pribumi di Indonesia mengadakan perjanjian jual beli dengan mereka. Komoditi perdagangan yang menjadi prioritas utama adalah rempah- rempah. Untuk merebut monopoli perdagangan dari tangan raja atau pedagang pribumi. VOC juga membangun pangkalan angkatan laut, pusat gudang pedagangan dan pusat pemerintahan yang menjadi basis aksi diplomasi dan perdagangan.
Keberadaan VOC di Indonesia semakin memberatkan penduduk pribumi, lebih – lebih ketika di beri pihak istimewa yang tercantum dalam oktroi. Dengan adanya hak- hak istimewa itu VOC menjadi lembaga pemerintahan sekaligus perdangan yang otonom di wilayah jajahan. Perluasaan politik VOC ini menyebar hampir keseluruh wilayah Indonesia. VOC menanamkan pengaruh politiknya melalui perjanjian dengan penguasa- penguasa setempat. Penguasaan perdangan juga dilakukan dengan jalan penaklukan kekuasaan, namun VOC tidak mengambil alih kekuasaan para raja, tetapi VOC lebih menekankan tuntutan pengakuan kekuasaannya dalam bentuk penyerahan produk pertanian dari penduduk yang dikuasainya melalui raja atau kepala pribumi yang diakuinya. Bentuk penyerahan produksinya ditetapkan dalam dua sistem lerevansi dan sistem kontingensi.
Dengan adanya sistem penyerahan produksi ini semakin merugikan dan memberatkan rakyat pribumi. Barang-barang yang ditanam penduduk pribumi juga harus mengikuti pasaran Eropa, sehingga hal ini mendapatkan penolakan dari rakyat. Karena sistem ini memaksa penduduk untuk pembukaan, penggarapan, penanaman, dan pemanenan hasil. Kondisi yang seperti ini semakin menambah penderitaan dan menambah kemiskinan rakyat, sehingga rakyat melakukan perlawanan-perlawanan. Didalam makalah ini akan dibahas tentang perlawanan dari rakyat pribumi untuk melawan dominasi VOC.

1.2 Rumusan Masalah

v  Apakah yang menjadi latar belakang dari dominasi VOC terhadap bangsa Indonesia?

v  Apakah akibat yang ditimbulkan atas dominasi VOC tersebut?

v  Bagaimanakah Proses Perlawanan yang terjadi di Indonesia ?

1.3 Tujuan

v  Untuk mengetahui latar belakang dari dominasi VOC terhadap bangsa Indonesia.

v  Untuk mengetahui akibat yang ditimbulkan atas dominasi VOC tersebut.

v  Untuk mengetahui Proses Perlawanan yang terjadi di Indonesia.

1.4 Manfaat
v  Dapat memperoleh informasi tentang pendudukan VOC di Indonesia serta kekuasaan Belanda yang berada di Indonesia.
v  Dapat memperoleh informasi tentang keadaan penduduk Indonesia serta perlawanan yang terjadi pada masyarakat Indonesia

BAB II

PEMBAHASAN


2.1 Latar Belakang Dominasi VOC Terhadap Indonesia

Kekuasaan terhadap Kolonialisme atau Penjajahan VOC di Indonesia menimbulkan perlawanan dari penduduk Primubi.Dominasi itu berlangsung dalam eksploitasi atau pemerasan sumber kekayaan tanah jajahan untuk kepentingan Negara Penjajahan. Penduduk Pribumi diperas tenaga dan hasil produksinya untuk diserahkan kepada pihak penjajah yang kemudian oleh pihak penjajah dikirim ke Negara induknya untuk kemakmurannya sendiri,Di bidang politik pengaruh Belanda makin menjadi kuat berkat intervensi yang secara intensif dilakukan dalam persoalan-persoalan intern kekuasaan tradisional seperti misalnya dalam pergantian tahta,pengangkatan penjabat-penjabat birokrasi kerajaan maupun partisipasinya dalam menentukan kebijaksanaan politik kerajaan ,dengan demikian dalam bidang politik penguasa-penguasa tradisional makin tergantung pada kekuasaan asing sehingga kebebasan dalam menentukan soal-soal pemerintahan menipis.disamping itu anexsasi.wilayah yang dilakukan oleh penguasa asing sejak akhir abad 17 berakibat makin kurangnya penghasilan penguasa penguasa tradisional.

Dibidang sosial ekonomi kontak dengan barat berakibat pula makin lemahnya kedudukan daerah-daerah bumi putera.Kekuasaan mereka berangsur – angsur di kurangi dan lebih jauh di tempatkan di bahwa pengawasan pejabat- pejabat asing, tenaga kerja di libatkan dalam sistem ekspolitasi perekonomian. Keadaan ini menimbulkan kegonjangan dalam kehidupan kepa- kepala bumi putra. Khususnya di daerah jawa faktor- faktor produksi pertanian, baik yang mencakup tanah maupun tenaga kerja di atur menurut sistem kolonial. Para petani di bebani tugas mengolah sebagaian dari tanahnya untuk di tanami dengan tanam- tanaman ekspor dan di haruskan menyumbangkan yenaga kerja secara paksa pada penguasa kolonial.     

Di daerah – daerah lain di Indonesia dimana perdagangan laut merupakan sumber kehidupan pokok dari hidup, seperti misalnya daerah maluku, penguasa daerah pantai dan tindakan monopolitis dalam perdagangan yang di lakukan oleh Belanda, Penguasaan daerah produksi tanam ekspor, merupakan hambatan besar bagi penduduk setempat untuk mendapat penghasilan. Tindakan Asing tersebut menimbulkan rasa antipati dikalangan penduduk pribumi, yang pada saat semakin kritis mendorong terjadinya perlawanan.

Perdesakan pembuatan perjanjian oleh penguasa Belanda terhadap pribumi dengan mengabaikan nilai- nilai tradisi yang berlaku di daerah- daerah setempat, di samping tunututan untuk mengakui keberadaan Asing di tempat tersebut, di pandang pihak pribumi sebagai gangguan kedaulatan mereka. Kekecewaan tersebut menjurus kearah penentangan bersenjata di dalam keadaan kurang kuat penguasa pribumi terpaksa tunduk kepada kekuasaan Asing dan kekuasaan mereka ditempatkan di bawah kekuasaan kolonial. Usaha Belanda untuk memperluas wilayah kekuasaan selama ini mempunyai latar belakang politis untuk mencapai tujuan ekonomi. Peluasaan wilayah tersebut di harapkan dapat mempelancar pengungutan hasil produksi dan memperoleh tenaga kerja murah, di samping dapat mempelancar usahanya di bidang perdagangan.

Di bidang budaya pengaruh kehidupan barat dalam lingkungan kehidupan tradisional di kalangan penguasa pribumi timbul kekhawatiran bahwa pengaruh kehidupan Barat dapat merusak nilai- nilai kehidupan tradisional. Tantangan yang kuat terutama datang dari pemimpin agama yang memandang kehidupan di Barat bertentangan dengan norma- noram ajaran di Islam. Gejala kronis yang sering muncul dalam kalangan tradisional turut menambah kompleksnya keadaan. Gejala pertentangan intern antar bangsa terlihat dalam pertentangan antar Bangsawan di Sumatra Barat. Interfrensi berjalan sejajar dengan tujuan ekspansi wilayah yang di rencanakan oleh Belanda dalam kolonialismenya. Interfrensi aisng dengan pemihakan pada salah satu pihak yang sedang bertentangan dapat menimbulkan kekerassaan, kekecewaan dan reaksi pada pihak yang lain yang bahkan dapat memancing ke arah perlawanan.

Selama situasi kritis terlihat gejala pengelompokan pihak pro dan kontra kekuasaan asing baik dikalangan penguasa bangsawan maupun golongan dalam masyarakat. Di daerah kerajaan ajakan penentang terhadap kekuasaan asing dari para bangsawan ataupun ulama yang berpengaruh dengan mudah mendapat sambutan baik dari kelompok rakyat, yang karena tekanan-tekanan hidup yang mereka alami menunjukkan sikap anti pati terhadap kekuasaan asing. Dalam hubungan ini ikatan tradisional dalam bentuk ketaatan pada atasan merupakan faktor kuat terpenuhinya ajakan penentangan.

Perlawanan-perlawanan itu baik berupa perlawanan besar, berupa pemberontakan maupun hanya merupakan kericuhan-kericuhan. Perlawanan disementara daerah ini tidak berarti mengabaikan perlawanan-perlawanan lain yang pernah berkobar didaerah tertentu, seperti perlawanan yang cukup gigih di Banten, Perlawanan di Sumatera Selatan, Perlawanan di Tapanuli, Di Kalimantan Barat, Di Sulawesi Utara dan di daerah-daerah di Indonesia merupakan bentuk reaksi terhadap kekuasaan kolonial Belanda.


2.2 Akibat yang timbul atas Dominasi VOC di Indonesia
Masuknya kekuasaan bangsa asing di Indonesia telah menyebabkan perubahan tatanan politik, sosial, ekonomi dan budaya bagi bangsa indonesia di berbagai bidang kehidupan. diantaranya adalah:
·                          Politik
Baik Daendles maupun Rafles telah meletakkan pemerintahan modern. Para bupati dijadikan pegawai negeri dan digaji, padahal menurut adat, kedudukan bupati adalah turun temurundan mendapat upetidari rakyat. Bupati telah menjadi alat kekuasaan pemerintahan kolonial.
·                          Sosial Ekonomi
Eksploitasi yang dilakukan oleh bangsa barat membawa berbagai dampak bagi bangsa Indonesia. Munculnya monopoli dagang VOC menyebabkan mundurnya perdagangan nusantara di panggung perdagangan internasional. Peranan syahbandar digantikan oleh pejabat Belanda. Kebijakan tanam paksa sampai system ekonomi liberal menjadikan bangsa sebagai penghasil bahan mentah. Eksportirnya dilakukan oleh bangsa Belanda, pedagang perantara dipegang oleh orang timur asing terutama bangsa cina dan bangsa Indonesia hanya menjadi pengecer, sehingga tidak memiliki jiwa wiraswasta jenis tanaman baru serta cara memeliharanya.
Dengan dilaksanakannya politik pintu terbuka, maka:
Ø       Pengusaha pribumi yang modalnya kecil kalah bersaing
Ø Perkebunan di Jawa berkembang sedangkan di Sumatera kesulitan tenaga kerja sehingga dilaksanakan program transmigrasi
Ø Untuk mendukung program penanaman modal barat di Indonesia pemerintah Belanda membangun: Irigasi, waduk, jalan raya, jalan kereta api dan pelabuhan. Untuk membangun tersebut digunakan tenagan secara paksa dengan sistem kerja rodi (kerja paksa)
Ø Dengan memperkenalkan sistem sewa tanah, terjadi pergeseran dari sistem ekonomi barang ke sistem ekonomi uang yang juga menyebar ke kalangan petani
Ø Daerah Indonesia terisolir dari laut sehingga kehidupan berkembang ke pedalaman.
Kemudian perdagangan di laut secara tak langsung menimbulkan budaya feodalisme di pedalaman. Dengan feodalisme rakyat pribumi dipaksa untuk tunduk atau patuh pada tuan tanah barat/timur asing. Sehingga kehidupan penduduk Indonesia mengalami kemerosotan.
·                          Budaya
Ø Tindakan pemerintah Belanda untuk menghapus kedudukan menurut adat penguasa pribumi dan menjadikan mereka pegawai pemerintah, meruntuhkan kewibawaan tradisional pribumi.
Ø Upacara dan tata cara yang berlaku di istana kerajaan juga disederhanakan, dengan demikian ikatan tradisi dalam kehidupan pribumi menjadi lemah.

2.3 Proses Perlawanan yang ditimbulkan atas Dominasi VOC di Indonesia
  1. Perlawanan di Aceh (1873-1904)
Perlawanan-perlawanan brsar yang terjadi di daerah daerah di Indonesia dalam abad 19, termasuk perlawanan pihak bumiputera di Aceh termasuk perlawanan paling berat bagi Belanda. Keadaan mulai bertambah setelah Belanda dan Inggris mencapai suatu perjanjian yang disebut traktat Sumatera dalam tahun 1871. Menurut perjanjian ini Belanda diberi keleluasaan untuk mengadakan perluasan diseluruh Sumatera. Termasuk ke daeran Kesultanan Aceh yang selama itu tidak boleh diganggu kedaulatannya. Oleh karena itu dilakukan usaha memperkuat diri dan mengadakan hubungan dengan negara-negara lain yang dapat membantunya. Dalam bulan Januari 1873, Sultan aceh telah mengirim seorang utusan, Habib Abdurrahman ke Turki untuk meminta bantuan apabila Belanda menggunakan kekerasan dan beruasa menundukkan Aceh. Ketika sebuah kapal perang Belanda yang mengantar pulang utusan-utusan Aceh, setelah bertemu dengan residen Belanda di Riau, singgah di bandar Singapura. Kesempatan ini digunakan oleh utusan utusan untuk mengadakan persekutuan dengan konsul Italia dan konsul Amerika Serikat di Singapura. Yang berperan diantara utusan utusan aceh adalah Tibang Muhammad.
            Bagi Belanda tindakan aceh tersebut sangat mengkhawatirkan, karena Belanda tidak menginginkan adanya negara asing lain turut campur tangan. Bantuan militer Amerika serikat pada Aceh yang menurut desas-desus akan datang pada permulaan bulan Maret 1873 menggelisahkan Belanda, akibatnya komisaris pemerintah hindia Belanda F.Nnieuwenhuyzen menyampaikan surat kepada sultan Aceh, berisi permitaan Belanda untuk menjernihkan suasana. Namun surat ini tidak memperoleh jawaban seperti yang diharapkan oleh Belanda. Surat kedua yang disampaikan oleh Belanda pada tanggal 24 Maretmangalami nasib serupa. Belanda mulai memamerkan kekuatannya dengan melepaskan tembakan meriam duabelas kali yang ditujukan ke arah benteng Aceh yang berada di dekat pantai. Belandamengirim Mayor Jendral J.H.R Kohler, kontak senjata terjadi antara pasuka Aceh dengan Belanda yang mendarat disebelah baratdaya kota pantai cermin. Tembakan meriam dari kapal belanda menyebabkan pasukan aceh mengundurkan diri, sehingga benteng aceh dapat diduduki oleh Belanda. Masjid raya yang mejadi sarana pertama penyerangan Belanda dipertahankan dengan gigih oleh tentara Aceh.
Pertahanan lascar aceh di masjid raya cukup kuat, Belanda mengerahkan induk pasukannya untuk mengadakan pengepungan terhadap Masjid Raya, dan tentara aceh yang berada di masjid mengadakan perlawanan. Panglima Belanda kohler memerintahkan untuk menembakkan peluru api kea rah masjid. Lascar aceh itu terbakar dan terpaksa lascar aceh mengundurkan diri. Sehingga masjid dapat diduduki oleh Belanda pada tanggal 14 April 1873. Dengan direbutnya masjid raya kekuatan pasukan aceh dipusatkan untuk mempertahankan Istana Sultan Mahmudsyah. Usaha pasukan Belanda untuk mendekati istana pada tanggal 16 april 1873 ditahan oleh tentara aceh. Sehingga terjadi pertempuran sengit. Karena kekuatan aceh tidak dapat ditembus, maka belanda terpaksa mundur lagi ke masjid. Dalam pertempuran ini belanda menderita kerugian perwira dan 116 serdadu tewas.
Selama perang berlangsung perdagangan laut aceh terhambat, karena kapal kapal perang Belandamengadakan blokade untuk menghalang-halangi hubungan dagang dengan luar. Kematian jendrah kohler merupakan bukti bagi pemerintah hindia Belanda di Batavia bahwa perlawanan rakyat aceh tidak dapat dianggap ringan. Setelah kegagalannya untuk menundukkan aceh. Pemerintah Hindia belanda merencanakan untuk mengirim ekspedisi ke dua ke Aceh. Pada tanggal 6 november 1873. Jendral J.van sweeten diangkat menjadi pemimpin pasukan ekspedisikedua yang akan membawa pasukan yang lebih besar berkekuatan sekitar 8000 orang.
Pendaratan terjadi tanggal 9 desember 1973 di Kuala Lue.di gigieng pasukan Belanda telah di sambut oleh tembakan serangan dari tentara aceh dan pertempuran sengit terjadi. Tembakan-tembakan meriam Belanda dari kapal perang mengurangi daya tempur pasukan aceh, sehingga terpaksa mengundurkan diri. Pertempuran yang terjadi mulai tanggal 6 januari 1874 membuktikan usaha gigih dari pihak Aceh untuk menghindarkan kemungkinan didudukinya masjid raya seperti yang terjadipada penyerangan Ekspedisi Belanda pertama.
  1. Perlawanan di Kalimantan Selatan (1859 - 1905)
            Kontak pertama-tama antara kerajaan Banjar dan Belanda terjadi pada permulaan abad 17. Pedagang-pedagang Belanda yang terhimpun dalam VOC datang di Banjarmasin dengan tujuan untuk memperoleh hasil bumi yang dapat diperdagangkan seperti lada, rotan, damar maupun hasil tambang seperti emas dan intan. Pada masa pemerintahan Sultan Ramatullah pada dasawarsa ketiga abad 17. Belanda diizinkan mendirikan kantor dagang di Banjarmasin. Pemberian izin ini tidak lepas dari siasat Sultan Banjar untuk memperoleh sekutu guna mencegah ekspedisi kekuasaan raja Mataram Sultan Agung.
Pada sekitar abad 18 Belanda melakukan kegiatan lagi di Banjarmasin. Penyerangan-penyerangan yang dilakukan oleh rakyat Banjar terhadap kantor dagang ataupun kapal-kapal Inggris membuktikan bahwa kegiatan pedagang asing disitu bertentangan dengan kepentingan rakyat banjar. Pada taraf ini Belanda berhasil mendekati Sultan Tahlili’llah sehingga tercapailah suatu perjanjian pada tahun 1734, yang berisi pemberian fasilitas perdagangan pada pedagang Belanda.
Pertentangan intern antar-bangsawan yang sering terjadi member kesempatan pada Belanda untuk melakukan intervensi dalam urusan intern kerajaan. Kesulitan yang dihadapi oleh Sultan Tahmidillah II dalam hubungan dengan perlawanan Pangeran Amir telah mendorongnya untuk meminta bantuan pada Residen Belanda Walbeek. Disini mulai tampak bahwa usaha Belanda tidak lagi hanya sekedar untuk memperoleh fasilitas dalam perdagangan, tetapi telah menjurus kea rah perluasan wilayah kekuasaan.
Pemerintah Belanda di Batavia berusaha untuk mencampuri kericuhan dalam kerajaan Banjarmasin. Kolonel Andresen dikirim ke Banjarmasin untuk mengetahui dari dekat sebab-sebab kericuhan itu, Andresen berkesimpulah bahwa Pangeran Tamjidillah yang tidak disenangi rakyat adalah sumber dari kericuhan itu. Sultan Tamjidillah kemudian diturunkan dari takhta dan kekuasaan kerajaan Banjarmasin diambil alih oleh Belanda.
Pada tanggal 27 Septenber 1859 pertempuran juga terjadi di benteng Gunung Lawak yang dipertahankan oleh Kyai Demang Leman dengan kawan-kawan terhadap serangan Belanda. Dalam pertempuran ini kekuataan pasukan Demang Leman ternyata lebih kecil disbanding dengan kekuatan musuh, sehingga ia terpaksa mengundurkan diri dari benteng tersebut.
Sementara itu Pangeran Antasari makin giat melakukan perlawanan, terutama setelah mendengar kabar tentang pengasingan Pangeran Hidayat, saudra sepupunya ke Jawa. Rakyat menaruh kepercayaan pada Pangeran Antasari untuk meneruskan perlawanan. Pada tanggal 24 September 1864 bersama-sama dengan kawan seperjuangan ialah Pangeran Miradipa dengan Tumenggung Mancanegara mempertahankan benteng Tundakan. Pada tanggal 14 Maret 1862 rakyat mengangkat Pangeran Antasari sebagai Pemimpin Tertinggi Agama dengan Gelar Panembahan Amirudin Khalifatul Mukminin. Sudah tentu gelar tersebut sangat besar pengaruhnya bagi kepemimpinan Pangeran Antasari. Ia amsih terus memimpin perlawanan terhadap Belanda sampai pada saat meninggalnya pada tanggal 11 Oktober 1862 di Hulu Teweh, tempat pertahannya yang cukup kuat.
Dengan meninggalnya Pangeran Antasari perlawanan rakyat masih terus berlangsung dan dipimpin oleh teman-teman seperjuangannya juga oleh putra-putranya. Belanda mengetahui bahwa kekuatan para pelawan hanya dapat dipatahkan apabila pemimpin mereka dapat ditangkap atau ditewaskan. Oleh karenanya dengan perbagai jalan Belanda berusaha untuk mendekati, menangkap atau membunuh pemimpin tersebut.
  1. Perang Diponegoro
Dalam bidang politik, Belanda ikut campur dalam pemerintahan kerajaan, pihak Belanda menempatkan kekuasaan militer kompeni dalam istana yang digunakan untuk mengawasi kekuasaan raja dan golongan dalam istana yang bersikap kontra terhadap Belanda. Makin sempitnya wilayah kerajaan dan berkurangnya kekuasaan raja membawa akibat makin sempitnya orientasi politik penguasa kerajaan. Makin meluasnya pengaruh Belanda dalam urusan kerajaan sebenarnya tidak terlepas dari faktor intern dalam kerajaan itu sendiri,yaitu adanya pertentangan antar bangsawan, kericuhan istana, perebutan takhta. Kedudukan Diponegoro semakin lemah ketika dia ditinggalkan oleh pembantunya, baik karena gugur maupun menyerah kepada Belanda. Di antara pembantunya yang menyerah terdapat Kyai Maja, Pangeran Notoprojo, Pangeran Mangkubumi, dan Sentot Alibasyah Prawirodirjo. Meskipun demikian Diponegoro tetap tidak mau menyerah. Pengaruhnya di kalangan rakyat, termasuk di daerah yang sudah dikuasai pihak Belanda masih tetap besar. Untuk menghindari perang yang berkepanjangan, pihak Belanda menempuh cara diplomasi dengan menawarkan satu perundingan. Pihak Belanda mengirimkan dua orang utusan yang keduanya bekas kepercayaan Diponegoro. Oleh karena itu Diponegoro setuju untuk berunding walaupun dia mengetahui banyak pengikutnya yang tidak setuju. Sebagai langkah awal pada 16 Februari Diponegoro bertemu dengan Kolonel Cleerens yang mewakili de Kock di Remokawal. Di tempat itu disetujui bahwa pertemuan berikutnya dengan Jenderal de Kock akan diadakan di Magelang. Rombongan Diponegoro tiba di Magelang pada 25 Februari 1830, menjelang masuknya bulan suci Puasa (Ramadhan). Oleh karena itu Diponegoro menolak untuk mengadakan perundingan selama bulan puasa. Kondisi ini dilaporkan oleh de Kock 47 kepada Gubernur Jenderal dengan sengaja memanipulasi penolakan Diponegoro itu sebagai unsur penting untuk menangkap tokoh tersebut. Dengan cara itu dia mendapat ‘restu’ dari Gubernur Jenderal untuk menangkap Diponegoro. De Kock berhasil menipu Diponegoro. Di saat pembicaraan berlangsung, pihak Belanda melucuti para pengawal Diponegoro dan melarang Diponegoro meninggalkan tempat.
Diponegoro yang sadar dirinya ditipu sempat emosional dan akan membunuh de Kock di tempat perundingan. Meskipun awalnya ia menolak untuk menyerah dan menyatakan lebih baik mati, namun akhirnya ia pasrah terhadap takdir (angur sun sumendhetakdir). Kesadaran ini pula yang mendorongnya untuk meninggalkan tanah Jawa (Diponegoro dibuang ke Makassar dan meninggal dunia di kota itu pada 8 Januari 1855). Pertama, karena menurutnya tidak ada lagi yang memilikinya; dan kedua, untuk menghormati mereka yang gugur dalam peperangan karena membela dan melaksanakan perintahnya. Perang Diponegoro menyebabkan kerugian besar bagi Belanda. Secara keseluruhan, Belanda kehilangan 15.000 prajuritnya, termasuk 8.000 orang Eropa. Selain itu Belanda harus menanggung beban biaya yang amat besar. Dalam kondisi ekonomi yang morat-marit, pemerintah Hindia Belanda mau tidak mau harus menjalankan program penghematan. Untuk membiayai perang dengan sistem benteng itu, dengan cerdik Du Bus de Gisignies membebankannya kepada Sultan Yogyakarta (Hamangkubuwono II), termasuk tanah milik kesultanan di Jabarangkah secara penuh menjadi milik pemerintah Hindia.
  1. Perlawanan Kaum Padri ( 1821-1837 )
Penyebaran agama islam di Minangkabau terutama berkat kegiatan pusat pengajaran islam di daerah Ulakan, sebuah kota kecil di sebelah utara Padang.pusat pengajaran islam ini dipimpin oleh seorang ulama bernama Syeh Burhanuddin, murid Abdurrauf tokoh islam dari Singkel yang meninggal pada tahun 1704 M. Sikap keras dari kaum padri dalam memperjuangkan cita-citanya menimbulkan ketegangan di kalangan kaum adat. Kebiasaan lama yang telah berakar dalam masyarakat Minangkabau tidak mudah untuk berubah dalam waktu singkat. Gangguan terhadap kebiasaan penduduk tersebut mudah menimbulkan reaksi. waktu Belanda menerima penyerahan kembali daerah Sumatra Barat dari Inggris, maka perlawanan kaum Padri akhirnya juga diarahkan pada kekuasaan Belanda. Kaum Padri mulai melakukan serangan-serangan terhadap pos-pos Belanda maupun pencegatan terhadap pasukan patroli mereka.
Kaum Padri mengambil kesempatan yang baik itu untuk memulai perlawanan lagi. Mereka mengadakan serangan terhadap daerah-daerah pengikut kaum adat seperti Suroaso dan Tanah Datar, sehingga dengan kekuatan yang ada pada Belanda harus menghadapinya. Dalam hubungan dengan perlawanan kaum Padri perlu diketahui bahwa diantara pemimpin-pemimpin mereka tidak selalu terdapat kesamaan pendapat. Sikap golongan Padri yang tidak menginginkan jalan kekerasan dalam menghadapi kaum adat ditentang oleh golongan Padri yang keras pendiriannya.
Kesulitan yang diderita oleh kaum Padri di Bonjol mulai ditutupnya jalan-jalan penghubung dengan daerah lain oleh pasukan Belanda. Pada tanggal 11 sampai 16 Juni 1835 sayap kanan pasukan Belanda telah berhasil menutup jalan yang menghubungkan benteng Bonjol dengan daerah sebelah barat. Dengan menyerahnya Tuanku Imam Bonjol tidak berarti bahwa perlawanan kaum Padri di daerah lainnya segera berakhir.
  1. Perlawanan di sulawesi selatan (sampai 1825)
Sejak belanda berhasil mendirikan kantor dagang di makassar pada tahun 1607, kontak mereka dengan penguasa tradisionil setempat dapat dilakukan lebih intensif kepentingan perdagangan belanda yang tercermin dalam kontrak-kontrak dagang dengan kerajaan makasar, bertugas untuk memperkecil kekuasaan dagang penguasa tradisional tersebut. Kontak bersenjata antara pasukan sultan Hasanudin dan pasukan speelman pada tahun 1666 tidak lain merupakan bukti sikap perlawanan penguasa tersebut kekuasaan asing. Bahwa dalam peperangan ini belanda juga menarik dari sementara penguasa bumiputera yang bersekutu dengan mereka, adalah cara yang biasa dilakukan oleh belanda dalam rangka menundukkan perlawanan-perlawanan penguasa bumiputera.
            Perjanjian bonggaya pada tahun 1667 memberikan kesempatan, kompeni belanda untuk berkuasa di daerah sulawesi  selatan. Meskipun telah dalam pengaruh kekuasaan belanda kerajaan makasar masih juga berusaha untuk mengadakan perlawanan terhadap belanda. Terbatasnya kekuatan belanda tidak memungkinkan untuk menguasai dan mengawasi secara langsung daerah-daerah yang telah di rebutnya . daerah-daerah yang telah dikalahkan terpaksa diserahkan kembali kepada raja setempat sebagai tanah pinjaman. Untuk menjaga kemungkinan timbulnya perlawanan lagi, belanda endirikan pos-pos penjagaan dan beneteng-benteng, seperti pos di tempat sebelah sungai pancaan dan benteng-benteng di mandalle dan segeri. Akibatnya pasukan belanda dapat dipukul mundur oleh pasukan suppa dan dalam pertempuran tersebut De Stuers telah kehilangan 22 orang tewas. Dalam hubungan ini pimpinan pusat peemrintahan kolonial belanda batavia berusaha untuk menhancurkan kekuataan kerajaan bone yang dipandangannya sebagai penghambat ekspensi di seulawesi selatan

  1. Perlawanan Di Bali
Kontak antara-antara kerajaan bali dengan Belanda telah terjadi pada abad 17. Pedagang-pedagang belanda pada waktu itu telah berusaha mengadakan perjanjian dengan raja-raja Bali, meskipun tidak berhasil. Motif belanda mendekati raja bali pada waktu itu menyangkut perdagangan. Usaha belanda mengadakan perjanjian dengan raja-raja bali tersebut berhasil pada 1841. Nampak jelas bahwa pemerintah VOC telah meluaskan wilayah daerah kekuasaannya. Dalam perjanjian tersebut antara lain berisi tentang : Bahwa raja-raja bali tidak akan menyerahkan kerajaannya kepada bangsa  Eropa lain, mengakui kerajaannya di bawah kekuasaan belanda, raja memberi izin pengibaran bendera belanda di daerahnya. Masalah yang menyulitkan antara Belanda dengan kerajaan Bali adalah berlakunya hukum tawan karang. Yaitu hak dari raja bali untuk merampas perahu yang terdampardi wilayah kerjaannya. Usaha belanda dalam tahun 1845 untuk menekan raja buleleng agar mengesahkan perjanjian pengapusan tawan karng telah di tolak. Meskipun telah di adakan perjanjian, ini tidak berarti kedua belah pihak sepenuhnya tunduk. Adanya kedua perjanjian tersebut oleh raja-raja bali ternyata jadikan sebagai siasat untuk mengulur waktu guna memperkuat diri.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Di Indonesia kaum penjajahan masuk pertama kali dalam wujud persekutuan dagang yang di bentuk tahun 1602 yang di sebut dengan VOC ( Vereenigde Oose Indische Compagnie ). Keberadaan VOC di Indonesia semakin memberatkan penduduk pribumi. Penguasaan perdangan dilakukan dengan jalan penaklukan kekuasaan, namun VOC tidak mengambil alih kekuasaan para raja, tetapi VOC lebih menekankan tuntutan pengakuan kekuasaannya dalam bentuk penyerahan produk pertanian dari penduduk yang dikuasainya melalui raja atau kepala pribumi yang diakuinya. Bentuk penyerahan produksinya ditetapkan dalam dua sistem lerevansi dan sistem kontingensi. Perlawanan yang terjadi di Indonesia diantaranya adalah Perlawanan Aceh, Perlawanan Rakyat Sulawesi Selatan, Perang Padri, Perlawanan Diponegoro, dan Perlawanan di Bali.

3.2 Saran
Makalah yang berjudul “ Perlawanan terhadap Dominasi VOC “, perlawanan tersebut masih terjadi hingga sekarang. Sebagai masyarakaat Indonesia, dimana negara ini masih berkembang sangat dibutuhkan integrasi yang kuat diantara masyarakat Indonesia. Dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan, oleh karena itu kami sangat terbuka menerima kritik dan saran yang membangun guna penyusunan makalah selanjutnya agar lebih baik dan lebih sempurna.







DAFTAR PUSTAKA


Kartidirjo, Sartono. 1975. Sejarah Nasional Indonesia. Jakarta: Depdikbud
Kartidirjo, Sartono. 1992. Pengentar Sejarah Indonesia Baru: 1500-1900 dari Emporium sampai Imporium. Jakarta: Gramedia  Pustaka Utama
Badrika, I wayan. 2006. Sejarah Untuk kelas XII. Jakarta: Erlangga


 

 

Rabu, 14 November 2012

Historiografi Barat Abad Pencerahan


HISTORIOGRAFI DAN PEMIKIRAN
ABAD PENCERAHAN (AUFKLARUNG)

1.      Sekilas Tentang Gerakan Pencerahan di Eropa Abad XVIII
Abad Pencerahan merupakan masa transisi akhir abad pertengahan menuju awal zaman modern, selama abad ke XVIII di Eropa terjadi peristiwa penting, yakni tercipntanya suatu kosmologi baru. Kosmologi pada zaman pencerahan diartikan sebagai suatu paham dari orang-orang intelektual Eropa yang mempercayai bahwa penggunaan akal pikir akan membimbing menusia untuk menemukan hukum-hukum alam (Human Culture) yang semuanya bisa memberi pencerahan. Zaman pencerahan atau abad pemikiran sering disebut dengan istilah Aufklarung. Adapun ciri-ciri abad pencerahan adalah sebagai berikut.
Ø Penduniawian Terhadap Ajaran
Para filsuf dan ahli agama abad Pertengahan menafsirkan alam semesta dan manusia berdasar norma-norma kitab suci, sedangkan orang-orang pencerahan cenderung kepada peniadaan wewenang keagamaan dan makin berpaling pada penduniawian ilmu pengetahuan. Para pemikir abad pencerahan berkeyakinan bahwa pintu gerbang menuju ke pengertian bukanlah berdasar wahyu, melainkan berdasar pada ilmu pasti, pemikiran dan logika. Kepercayaan terhadap kebenaran gereja benar-benar telah digoncangkan. Kesangsian terhadap ajaran agama kemudian berkembang ke bidang filsafat dimana kebenaran menurut sudut pandang ilmu pengetahuan dapat dijelaskan oleh pemikiran manusia. Wahyu sebagai sumber kebenaran ditinggalkan, sedangkan tradisi dan adat dipatahkan oleh akal. Injil sebagai lambang kekuasaan juga mengalami kritik yang menuntut pertanggungjawaban dari segala gejala.
Ø Keyakinan Pada Pemikiran
Zaman pencerahan merupakan abad keyakinan pada tingkat rasional dari alam dan pada hukum-hukum ilmiah yang langgeng. Pemikiran manusia adalah suatu penentu yang berkuasa penuh pada semua hal. Suatu penuntun yang kuat dan berfaedah, yang lebih agung daripada semua wewenang yang bersifat tradisional. Menurut orang-orang pencerahan, manusia telah ditentukan untuk menggunakan kemampuan intelektualnya dalam mengupas kegaiban alam yang berganda dan juga pikirannya sendiri. Menurut abad pencerahan, alam adalah suatu konsep yang keseluruhannya baik, alam merupakan dunia luar dimana mereka hidup, dimana segala sesuatu yang terjadi tidaklah semuanya alamiah. Mereka tidak percaya akan mukjizat dan kalau masih percaya pada tuhan, mereka menganggap tuhan sebagai “Tukang Mesin, pembuat jam” di alam semesta.

Ø Paham Serba Guna
Jiwa zaman pencerahan bersifat serbaguna (Utilitaris) dan praktis. Manusia berusaha mencapai kebahagiaan serta kesejahteraan sendiri dengan membentuk kembali hidup dan masyarakatnya diatas bumi. Hal inilah yang memunculkan paham tentang martabat manusia. Ide dasar pencerahan merupakan kepercayaan bahwa semua umat manusia didunia ini bisa mencapai tingkatan yang sempurna. Manusia bertanggung jawab pada dirinya sendiri bukan pada Tuhan. Akal manusia telah menggantikan wahyu tuhan, asas pembebasan jiwa manusia bukan ditentukan oleh rahmat tetapi oleh akal. Manusia berhak mencari dan mengumpulkan kekayaan demi kebahagiaan dunia. Pikiran manusia yang bersifat serbaguna dan praktis dengan menempatkan kemajuan ilmu dan teknologi dapat meraih kemakmuran, sehingga muncullah paham tentang hak atas Kebahagiaan.

Ø Optimisme dan Percaya Diri Sendiri
Orang-orang pencerahan sangat yakin dan optimisme, percaya penuh akan kemampuan mereka untuk menemukan hukum-hukum alam serta untuk menyempurnakan dunia dan hidup ini sesuai dengan pendapat mereka melalui ilmu pengetahuan yang bersifat alamiah, mereka yakin akan dapat memperoleh penemuan-penemuan yang mengarah pada kesempurnaan jatidiri manusia. Mereka yakin dan optimis melalui penyelidikan dan penelitian akan dapat mengungkap rahasia-rahasia alam.
Tokoh-tokoh pencerahan yang berpengaruh dan mempunyai minat beragam dalam membahas berbagai masalah yang menyangkut kehidupan manusia seperti ilmu tentang pengetahuan alam, filsafat, politik, kesusastraan serta sejarah.generasi pertama penyebar gerakan pencerahan yang bersifat moderat diantaranya adalah John Locke, Sir Issac Newton, Voltaire dan Montesquei.


2.      Historiografi Pada Masa Pencerahan
Abad ke-18 dikenal sebagai abad Rasionalisme dan Sekularisme. Rasionalisme ditandai dengan adanya tuntutan manusia untuk berfikir menggunakan logika, kritis, skeptisis dan juga realistis, sedangkan sekularisme muncul karena adanya ketidak percayaan terhadap dogma agama yang selama abad pertengahan peran agama tidak memberi kontribusi nyata bagi kehidupan manusia, sehingga muncul pemikiran sekuler yang lebih menitikberatkan pada kehidupan duniawi. Kepercayaan akan rasio pada abad ke-18 sangat dimajukan oleh perkembangan ilmu pengetahuan pada waktu itu, misalnya Issac Newton telah mendasarkan fisika klasik dengan bukunya Philosophiae naturalis principia mathematica dan juga lahirnya ensiklopedi sebagai usaha untuk mengumpulkan segala pengetahuan secara sistematis. Pemikiran pada abad  pencerahan ini mempengaruhi penulisan sejarah pencerahan yang merupakan landasan dari penulisan sejarah modern. Perubahan besar yang terdapat dalam tema historiografi masa pencerahan diantaranya adalah:
Ø Perubahan penekanan dari sejarah bentuk-bentuk pemerintahan dalam arti sempit menuju pada struktur sosial dimana lembaga-lembaga tersebut terbentuk.
Ø Konsep sejarah siklis mulai digantikan oleh model linear dalam perkembangan manusia.
Selain berpengaruh terhadap penulisan historiografi, abad pencerahan juga berpengaruh pada tema central dalam filsafat, tema yang paling menonjol dalam filsafat sejarah pencerahan ialah teori kemajuan dan teori “empat tingkatan” dalam menjelaskan gerak sejarah. tokoh yang berperan dalam teori tahap-tahap perkembangan manusia antara lain adalah:
Ø Adam Fergusson dalam “An Essay on the History of Civil Society” (1767) menyebutkan bahwa ilmu sosial semestinya bertitik tolak dari persoalan subsistensi (mata pencaharian) sebagai faktor oenentu dan bahwa 'mode subsistensi' berkembang dari masyarakat pemburu menuju masyarakat pedesaan dan pertanian, hingga akhirnya menjadi masyarakat komersial (kapitalis)
Ø Jean Jacques Rousseau dalam “Discourse on the Origin of Inequality” (1755) mendeskripsikan tiga tahapan evolusi manusia keluar dari keadaan alaminya : 1) Pembentukan keluarga dan properti pribadi 2) Inovasi dalam teknologi pertanian dan metalurgi, menyebabkan pembagian kerja secara masif, dan 3) Pembentukan lembaga politik dan negara
Ø Marquis de Condorcet menulis “Sketch for a Historical Picture of the Progress of the Human Mind”. Karya yg tidak selesai hingga penulisnya wafat pada 1794, menyebut tak kurang dari sepuluh tahapan sejarah manusia, yang diakhiri dengan masa Revolusi Prancis sebagai 'akhir sejarah' dalam tiga hal pokok : penghapusan ketidaksetaraan antar bangsa, kemajuan dalam hal kesetaraan manusia dalam diri bangsa-bangsa tersebut, serta tercapainya keadaan kesempurnaan / kebajikan bagi umat manusia
Ø Giambatista Vico (1668-1744), ahli hukum dan filsuf-sejarawan asal Neapolitan, Italia menulis karya terbaiknya “The New Science” dimana ia mengungkapkan teori mengenai evolusi sosial yang paling maju pada masanya, sehingga ia juga dianggap sebagai pelopor menuju mazhab 'historisisme' dalam penulisan sejarah. Pemikiran Vico mempengaruhi konsep2 sentral dalam filsafat dan penulisan sejarah modern seperti “metode hipotetik-deduktif”, “imajinasi rekonstruktif”, atau “penalaran kontekstual”.
Sedangkan  filsafat pada abad pencerahan dicirikan sebagai berikut:
Ø Hukum Alam sebagai prinsip dasar, adanya revolusi Sains dan filsafat Descartes memunculkan pandangan bahwa berbagai pemikiran (etika, sosial dan politik) harus didasarkan pada hukum alam daripada atas dasar agama/wahyu.
Ø Teori mengenai perjanjian (kontrak) sosial ialah penjelasan ideal mengenai bagaimana suatu institusi sosial-politik harus dibangun untuk melayani kepentingan suatu kolektifitas manusia tertentu. Berbagai teori kontrak sosial telah dibahas dalam karya Thomas Hobbes, John Locke dan Jacques Rousseau
Ø Gagasan mengenai kamajuan (progress) sebagai hukum alamiah dari kehidupan manusia. Teori ini dianut oleh sebagain besar filosof beraliran liberal akan tetapi yang paling utama dipelopori oleh Voltaire. Ia menolak filsafat sejarah kristen seperti digagas St. Augustinus bahwa sejarah digerakkan oleh pertentangan antara kekuatan ilahiah dan kegelapan, melainkan oleh perjuagan antara akal budi dan takhayul.  



3.      Tokoh atau Penulis Sejarah Abad pencerahan
Tokoh pemikir atau Sejarawan abad pencerahan itu diantaranya adalah:
Ø Edward Gibbon (1737 – 1794)
Gibbon adalah seorang sejarawan Inggris, yang juga pernah menjadi anggota parlemen Inggris  yang menulis mengenai keruntuhan kekaisaran Romawi yaitu Decline and Fall of the Roman Empire (1737 – 1788). Menurut Gibbon bahwa kekaisaran Romawi yang sangat besar dan kuat itu ternyata secara berangsur-angsur mengalami kerapuhan dari dalam.-Lebih lanjut dijelaskan bahwa pada masa kejayaannya masyarakat Romawi sekaligus juga mulai mengalami kemerosotan (dekadensi) dalam bidang moril. Sebagai penyebabnya adalah karena rakyat Romawi itu sangat dimanja atau terlalu banyak diberi kesempatan untuk berfoya-foya dan bersenang-senang, yang dikenal dengan istilah “roti” dan “permainan”. Artinya bahwa memang sudah berkelebihan dalam memenuhi kebutuhan akan makan (subsistensi), rakyat Romawi juga banyak dihibur dengan pertunjukkan-pertunjukkan di Collesium, misalnya adu manusia (gladiator) melawan binatang, manusia lawan manusia dan lain sebagainya. Dengan demikian walaupun secara fisik peradaban bangsa Romawi itu lebih tinggi daripada suku-suku atau bangsa-bangsa lainya di Eropa, namun demkiann dari segi moril justru mengalami kemerosotan, atau bahkan bias dikatakan tidak beradab. Pada masa-masa seperti itulah bangsa Romawi tidak mampu menahan serangan suku-suku bangsa lain yang dianggap bar-bar oleh bangsa Romawi.
Mengenai teori Gibbon tersebut, seorang sejarawan modern yaitu Max Weber menyatakan menolak teori tersebutdan penjelasan: bahwa keruntuhan Romawi terutama disebabkan oleh golongan minoritas Kristen yang berhasil mempengaruhi tokoh-tokoh masyarakat Romawi.

Ø Voltaire (1694 -1778)
Voltaire dikenal sebagai penulis yang paling representative dari zaman pencerahan. Karya-karyanya berwawasan luas dan termasuk genre sastra, menunjukan nilai-nilai filsafat yang hidup. Voltaire dikenal dalam sejarah sebagai penyair, penulis drama, penulis essay, penulis cerita pendek, filosof, dan sejarawan. Ia menginginkan mendapat status sebagai penyair. Filsuf idolanya David Hume, ia menolak untuk bersubordinasi belajar dengan membatasi diri pada pengkajian tentang etika yang diterima sebagai doktrin keagamaan. “Hendriade” (1728) merupakan karyanya yang panjang. Filsafat menjadi inti puisi-puisi filosofisnya. Karya –karya Voltaire yang ditulis setelah perjalanannya ke Inggris, merapakan bom pertama yang akan menjatuhkan Rejim lama (Ancient Regime). Voltaire menyadari kekuatan dan arti karyanya yang berjudul The Philosophical Letters, sehingga ia berusaha menjaganya dari perdaran umum. Voltaire memuji toleransi beragama serta kebebasan yang dimiliki orang-orang Inggris sebaliknya ia mengecam hirarki gereja yang kaku dan penindasan-penindasan terhadap kebebasan yang paling mendasar di negerinya sendiri. Ia lebih menyukai para filsuf Inggris yang empiris, ia juga mengabaikan prasangka kebangsaan Di tempat tinggalnya di Cirey, ia menghasilkan karya-karyanya di bidang filsafat, eksperimen-eksperimen di bidang fisika dan usaha mempopulerkan metafisika Newton, serta menjadi pionir dalam melakukan kritik terhadap kitab injil. Yang terpenting bagi sejarawan, Voltaire-lah yang memulai penulisan sejarah modern dalam historiografi Perancis. Karyanya yang terkenal dibidang sejarah adalah The Age Of Louis XIV yang ditulis pada awal tahun 732.
Dengan membaca karya ini orang akan mengetahui atau memahami kebudayaan Perancis abad ke 17, maka tidak salah karya ini merupakan karya yang paling berharga. Tujuan penulisan karya ini adalah untuk melukiskan semangat zaman (ZeitGeist), dan ia berhasil. Karyanya yang lain yang berjudul “ The Essay on te Custom and the spirit of Nations”, karya ini sengaja di tulis khusus untuk istrinya Madame du Chatelet. Di publikasikan untuk pertama kalinya pada tahun 1756. Ia mengalihkan kembali pandangan Kristen tentang masa lalu, menjadi pandangan yang sama sekali sekuler dari seuatu sejarah umum. Voltaire menulis sejarah tidak lagi menjadikan kisah orang-orang pilihan dari suatu sudut di muka bumi ini. Dan injil tidak lagi menjadi otoritas historis tertinggi, dan geografi jauh melewati apa yang diketahui oleh kaum Kristen atau kaum Yahudi. Pengetahuan sejarah telah mengalami kemajuan sejak masa Voltaire Dia menunjukan bahwa sejarah profane adalah sejarah manusia dan itu adalah subjek yang pantas dalam study sejarah. Berbagai karya Voltaire yang terbit selama 30 tahun terakhir hidupnya, berdasarkan tujuan penulisan itu dapat digabungkan menjadi karya yang mewakili humanitas. Ada dua karya dari periode ini yang masih cemerlang sekarang adalah Candide (1759) yang merupakan kaya sastra social yang terbesar; dan Philosophical Dictionary( 1764) yang berisikan kritik tajam terhadap teologi Kristen. Ia meninggal pada tahanu 1778. Ia terkenal dengan usahanya untuk mewakili oaring Perancis yang tertindas.

DAFTAR PUSTAKA

Drs. Agust. Supriyono, MA., 2003, Historiografi Eropa Barat “ Kuno, Abad Tengah & Modern, Semarang

Sundoro, M Hadi., 2007, Sejarah Peradaban Barat Abad Modern “Dari Renaisans sampai Imperialisme Modern”. Jember: Jember University Press